Jumat, 12 Desember 2014

TULISAN

Menjauh bukan berarti melupakan


Kini bayangmu masih menghampiri, dikala ku berusaha untuk menghapus bayang itu. Kau terus singgah dipikiranku, meski dengan keras ku coba untuk tak memikirkanmu. Ya, menjauh bukan berarti melupakan. Aku menjauhimu bukan karena inginku, ini karena keadaan memaksaku melakukan ini. Aku menjauh, akupun yang menderita. Bahkan senyumanmu terus menggerayangi otakku, tak bisakah kau menyingkir? Menyingkirlah dari pikiran dan hatiku. Tak lelahkah kau terus menghampiri mimpiku? Apa aku yang terlalu memikirkanmu hingga dalam mimpi pun aku tak mau jauh darimu? Sungguh perasaan ini begitu menyiksa, bahkan hati ini pun tertusuk saat aku menahan diri untuk tak menghubungimu. Ya, aku tak tahan. Meski sudah berusaha keras, apalah dayaku? Aku yang selalu dikalahkan oleh perasaan ini, aku yang terus mengalah pada keegoisan hatiku. Mengapa begitu sulit untuk melupakan? Mengapa begitu sulit untuk menghapusmu dari hatiku? Mengapa kau tak kunjung pergi dari pikiranku?


Bodohkah aku? Ya, perasaan ini membuatku menjadi bodoh. Perasaan yang seharusnya tak kumiliki. Perasaan yang tak seharusnya kurasakan denganmu. Taukah kau? Secara diam-diam sorot mataku selalu mencarimu, hatiku begitu gelisah saat mata ini tak dapat melihatmu. Bahkan mata dan hatiku pun bersatu untuk membatalkan tekadku.


Kini akupun begitu tak konsisten. Serangkaian keputusan yang ku ambil kadang tak dapat ku jalankan. Ya, ini karena perasaanku berkata lain. Kadang aku mencoba tuk menghidarimu, tapi apa? Saat kau sedikit berubah dan acuh padaku, aku malah kembali mengejarmu. Kenapa perasaan tak secerdas logika? Mengapa logika ku seakan melemah saat itu berhubungan denganmu?


Taukah kau? Saat aku mengacuhkanmu ketika kau berada di hadapanku, secara diam-diam aku tetap memperhatikanmu. Aku tetap mencari bayangmu, saat kau melihatku aku beralih pandang, saat kau tak melihatku aku sedang mengenyangkan mataku dengan terus melihatmu. Akupun bingung dengan diriku sendiri, mengapa begitu bodoh? Mengapa aku mau menjadi budak cinta?


Kadang saat aku merindukanmu, aku mencoba mengingat kembali semua kenangan kita. Ya, kenangan yang terus melekat dan tak mau lepas. Namun, aku sudah berkomitmen dengan diriku sendiri. Saat aku mengingat akan komitmen itu akupun mulai mengalihkan otakku dari bayangmu. Ada hal yang mempermudahku tuk melupakanmu, itu adalah kenanganmu dengannya. Ya, kadang itu membantu sangat banyak. Karena setiap kali aku mengingat kenanganmu dengannya, hatiku seakan dapat menguatkan tekadku. Tekadku untuk melupakanmu.


Kini biarlah kau hilang, hilanglah dari hatiku, hilanglah dari otakku, hilanglah dari pikiranku. Biarkan perasaan ini luntur dengan sendirinya, biarkan perasaan ini dapat kembali seperti saat pertama kita bertemu. Saat aku belum mempunyai perasaan ini untukmu. Saat perasaanku benar-benar murni hanya untuk berteman. Kini aku terima jika kau ingin menjauhiku juga, ya aku terima jika kau sudah bosan dengan aku yang terus acuh. Mungkin jalan kita memang berbeda, biarkan aku belajar untuk melupakanmu, biar proses ini menuai hasil pada akhirnya. Sampai saat itu tiba, biarkan aku sesekali untuk mengenang kebersamaan kita.


REFERENSI :
http://imeldamwt.blogspot.com/2014/11/tulisan-softskill-3.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar